INI TENTANG GURU !!
Kali ini aku ingin memberikan predikatku pada guru . Lelaki yang wajahnya timbul beberapa keriputan, tanda usianya semakin senja ialah guruku. Ada lagi wanita anggun yang selalu berpakaian maching pun guruku. Lelaki muda yang berkaca mata dengan sedikit jenggot itu pula guruku. Ya ! itu semua guruku, mereka berbeda, tak ada yang memprioritaskan sama. Hanya status pekerjaan yang menyamakannya, guru. Tak wajib tinggal di perumahan elite atau bahkan menamatkan pendidikan di universitas yang sama. Semua berbeda, ada yang lebih tua, ada yang lebih muda. Ada yang menutup auratnya sempurna, ada yang membukanya tak tahu agama. Mereka datang dari beragam budaya, dari beragam ilmu. Ada yang datang dengan segudang ilmu agama, ada pula yang buta agama tapi pandai fisika. Beragam memang, itulah sebabnya aku tak pantas untuk menyamai mereka.
“ bapak gak seperti pak tono, kalau sedang pelajaran beliau selalu bercanda. Jadi kita gak stres. Bapak terlalu serius. Makannya kita sulit mencerna pelajaran bapak’’
“setiap guru kan berbeda !!’’ itulah jawabnnya saat ia meminta kritik dari muridnya. Ada lagi guru yang lain.
“saya gak suka pak, bapak terlalu banyak bercanda. Pelajaran yang kita serap Cuma sedikit. Sedangkan ulangan soalnya sulit.’’
lain lagi perihalnya, guru yang diawal harus sering bercanda, guru yang berikutnya tidak lagi boleh bercanda. Setiap manusia memiliki beragam sifat, beragam cara. Kita terlalu menuntut para guru untuk tampil sempurna. Sesuai dengan guru yang kita idamkan. Tapi salah, guru juga manusia, sifatnya berbeda. Tidak selamanya mereka satu arah, satu jalan.
Aku ingin berterimakasih yang sedalam-dalamnya. Tentang jasa dan kesabaran mereka berikan tanpa meminta imbalan. Jika ada sebuah pertanyaan siapa orang yang paling sabar yang pernah kamu temui jawabanku yang pertama adalah GURUKU !!
Semua yang pernah mengajariku ialah guruku, walau hanya sebait kata, namun ia memberi banyak makna, ialah guruku. Walau hanya segores pena, namun membuatku memfahami banyak alasan ialah guruku. Semua yang pernah mengajariku, membimbingku. Bukan hanya guru-guruku didalam kelas, tapi mereka yang memberiku banyak pengetahuan di alam bebas.
Aahh… profesi yang paling diuji kesabarannya ialah guru. Ia lembut bertutur dan hati-hati berbicara. Aku ingat saat aku menjajaki bangku smp, seorang guru kewarganearaanku menegur alasan nilaiku yang selalu dibawah kkm.
“soal bunda sulit yah nak?”
“enggak tau bun,” jawabku sedikit sinis.
“tapi kamu belajar kan yah nak?“
“belajar kok, saya selalu belajar. Teman-teman yang lain nilainya bagus, mungkin sayanya aja bun yang terlalu bodoh, heheh“
“hmm.. gak gitu dong, yasudah nanti ujian belajar sama bunda yaah“
Percakapan singkat, awalnya aku risih, takut dibilang teman-teman lain mendapat perhatian lebih dari guru ini. Malam ketika esok berlangsungnya ujian aku menunggunya didepan kamar, berharap ia akan memenuhi janjinya. Tapi yang terlihat ia sibuk mengajari murid yang lain. Aku menggerutu dan sedikit menghentaknya dalam hati, lantaran ia yang tak tepat janji. Malam itu aku tak belajar dengannya.
Paginya, selang usai ujian pelajaran pertama kalau tidak salah pelajaran sejarah, guru itu menghampiriku.
“nak maaf tadi malam bunda lupa“
“hmm...“ aku telihat ketus
“kamu udah belajar kan?“
“udah kok bun“
“ya bagus deh, sekarang kamu pelajari ini yah, bagian ini, bagian itu..“
seterusnya ia memberitahuku. Beberapa lembar ia lipat ditandainya, berharap aku membacanya cepat dan memahaminya. Selesai ujian, ternyata nilaiku pas pas an. 6,5 standar kkm, mungkin harapannya nilaiku tak segitu, tapi lebih tinggi.
”lumayan yah hasilnya, jadi kamu gak remedial, besok besok belajar yang giat yah”
kesabarannya.. tak pernah sedikitpun pudar. Sudah tahu aku ini dablek, sulit dibilangi. Ia tetap memberiku dorongan. Bahkan ia tak marah ‘sudah diberi kisi-kisi tetap saja nilaimu jeblok !!’ awalnya aku kira itu sahutannya ketika melihat nilaiku 6,5. tapi ternyata ia memberiku senyuman. Seolah berharap nilaiku akan lebih baik di ujian selanjutnya.
Banyak orang bilang guru itu sambungan dari 2 kata, digugu dan ditiru. Maka dari itu ada pepatah bilang “guru kencing berdiri murid kencing berlari’’ aku tak sependapat terhadap pepatah ini. Naif, seolah guru dilarang keras salah. Takut menimbulkan kelakuan murid seperti yang ia lakukan. Padahal guru pun bagian dari manusia. Manusia yang selalu berbuat salah dan khilaf. Aku jadi ingat lagi masa laluku. Hari itu aku memutuskan untuk memakai sandal ke sekolah. Lantaran kemarin melihat guru x memakai sandal.
“loh kok kamu pakai sandal? Pakai sepatu kalau sekolah itu!’’
“bapak aja pake sandal, jadi saya boleh dong pakai sandal’’
Sinis ucapanku, aku kira guru itu akan membentakku, atau memarahiku habis-habisan. Tapi ia diam menelan ludah. Guratan amarahnya yang siap menghukumku memudar.
“Nak, bapak pakai sendal karena jari bapak luka, kalau pakai sepatu takut lukanya tidak kering, dan lukanya akan semakin parah’’ jawabnya sambil menunjukan luka di sela sela jarinya. Aku gugup. Lekas kuganti sandalku. Aah.. guru itu membuatku terkesima. Ia punya cara banyak agar aku dapat mengertinya.
Aku akan selalu mencintai seluruh guru-guruku, bak aku mencintai mereka yang selalu menghiasi hariku. Membangkitkanku saat aku jatuh dalam naifnya kehidupan. Aku akan selalu mencintai mereka, memberikan seluruh apresiasi hebatku pada mereka. Ya ! mereka yang menbyentuh hidupku untuk selalu tersenyum, untuk selalu berfikiran baik. Yang berdiri kokoh saat aku ditimpa keterpurukan. Mereka yang memebriku banyak cerita, banyak tuturan agar kami menjadi faham. Ya guruku. Ini tentang guru. Tentang seluruh guruku. Tentang guru-guru indonesia. Kami akan selalu mencintai kalian wahai guru.